Page Popularity
Latest Post
- Fatamorgana
- Belajar Internet Marketing, Wowww….!
- Shafa Lagi Berpose
- Haruskah Memaafkan Pak Harto ?
- Akhirnya Datang Juga
- Dampak Perselingkuhan Bagi Wanita
- Review 2007 dan Resolusi 2008
- Bunga Citra Lestari dalam Para Penjaga Hati
- AA GYM tampil di acara KICK ANDY
- Berkulit Putih = Cantik ???
Categories
Links
- The Clickers
- PageRank Meter
- Seputar Balita
- Yossy Rahadian
- Lirik Pernah Muda
- Latihan SEO Untuk Pemula
- wallpaper1001
- FreeWebSubmission
Supported
Live Counter
Archives
Traffic Stat
Sebungkus Mie Instan, untuk Lima Tahun
Di kampung pinggiran kota ini, hari minggu besok akan diadakan hajatan. Tetua kampung sudah selesai mendata, dan semua warga wajib berpartisipasi. Karena ini adalah hajat lima tahunan. Itu artinya jika hari Minggu ini seseorang melakukan kesalahan, maka akibatnya akan dirasakan selama lima tahun kedepan. Agak mengerikan. Tapi tetap saja tidak banyak warga yang menyadari.
Baca Lanjutannya
Di kampung pinggiran kota ini, hari minggu besok akan diadakan hajatan. Tetua kampung sudah selesai mendata, dan semua warga wajib berpartisipasi. Karena ini adalah hajat lima tahunan. Itu artinya jika hari Minggu ini seseorang melakukan kesalahan, maka akibatnya akan dirasakan selama lima tahun kedepan. Agak mengerikan. Tapi tetap saja tidak banyak warga yang menyadari.
Beberapa hari sebelum hajatan ini dimulai, poster sudah dipasang dimana-mana, di depan mesjid, di atas perempatan jalan, di gerbang-gerbang rumah juga di pohon-pohon. Meriah sekali. Bahkan muncul pula di layar televisi. Poster dan iklan-iklan itu menebar jutaan janji, menyebar ribuan harapan. Ada yang bilang bukan janji tapi bukti. Ada yang bilang kampung ini butuh perubahan. Bahkan ada yang mengutip hadist Nabi, dengan maksud menjatuhkan saingannya. Apa-apaan ini. Ada apa dibalik janji-janji yang manis itu ?
Kenapa hari ini ratusan orang masih mengantri demi tiga liter minyak tanah. Kenapa hari ini, ratusan ribu orang mengantri daftar untuk menjadi pembantu di negeri orang.
Janji-janji itu sekarang tidak penting lagi, karena pilihan kami hanya jatuh bagi siapapun yang membagi-bagi jatah mie instan. Cukuplah mie instan yang mewakili loyalitas kami. Bagi kami janji-janji itu tidak penting lagi. Dan urusan perut kami lima tahun ke depan, adalah hak prerogative Tuhan, yang tak bisa diganggu gugat. Hari ini mari kita rayakan saja hajatan ini, meski hanya dengan beberapa bungkus mie instan.
Label: opini
Posting Komentar